Tuesday 16 July 2013

sahur berkebun dan cendol

serial ramadhan 7
 
Waktu kecil saya tidak suka sayur, dan itu merupakan hal yang sangat wajar bg anak2, tapi suatu hari sekitar kelas 2 SD saya melihat ibu saya makan daun singkong dan mendengar bunyi krenyes2.. Dalam pikiran saya waktu itu, itu adalah sesuatu yang sangat sensasional dan menarik. Saya mulai mencobanya, dan ternyata enak :,). Akhirnya sampai sekarang makanan kesukaan saya ya sayur, apapun sayur itu..

Ramadhan ini, kalau buka puasa biasanya saya yang masak dan ibu saya masak untuk sahur, itu artinya saya hanya memasak untuk porsi buka puasa, kadang agak dilebihin untuk beberapa menu biar bisa buat sahur sekalian. Tapi kan untuk sayuran kadang tidak bisa direcycle sementara menurut saya, justru sahur itu yang harusnya lengkap nutrisinya. Tapi siapa juga kan yang sanggup masak jam2 malam? Makanya, untuk sahur biasanya menu nya silmpe.

Termasuk sahur drmah saya. Kadang ibu saya hanya merebus daun hijau kadang daun bayung, daun singkong, atau daun2 yang lain, dan lauknya tinggal goreng sisa buka puasa semalam. Tapi bagi saya daun yang ibu saya rebus tidak hanya sekedar daun. Karena daun-daun itu adalah daun yang ibu saya tanam. Saya baru memahami betul2 kalau ibu saya suka berkebun sejak tinggal di solo 3 tahun ini. Sebelumnya, ibu saya sibuk kerja dan di jakarta juga ga ada tanah lapang. hehe.. Kalopun di depan rumah ada tanah sedikit, itu sudah penuh pohon anggur dan pot. jadi tidak terlihat sebagai kebun bagi saya..

Akhirnya hobi berkebun ibu saya tercapai di solo karena ada tanahnya bapak walaupun tidak luas, tapi isi kebunnya hampir lengkap. Sebenernya ada 2 pohon mangga besar peninggalan mbah saya, tapi ditebang sama saudara saya dan waktu itu kita sangat sedih dengan kejadian itu. Tapi ada hikmahnya, semenjak kejadian itu, tanah kosong yang tadinya hanay berisi ilalang dan 'tempat sampah' tetangga saya karena kanan kirinya rumah warga, sekarang berubah jadi taman kebun... 

Hampir setiap minggu saya antar ibu saya membeli bibit pohon buah, dai nangka, mangga, belimbing, jeruk berbagai macam jenis, kdondong, pohon salam, jambu, sampe duren sudah ditanam disekililing kebun. Kata ibu saya nanti berbuah nya beberapa tahun lagi untuk cucu2nya kalo ke solo.. *terharu :'(

Dibagian tengah kebun ditanam pepohonan yang tidak permanen, mislanya kacang, jagung, kenikir, singkong, kangkung, cabai, kemangi, pisang, beberapa bumbu dapur, dan tanaman bunga. Jadi kalau musim hujan, warnanya hijau dan merah karena banyak bunga nya. Tapi kalau jarang hujan, siap2 mompa air dan nyiramin bolak balik. Try it, pegel banget :D

Tapi yang paling menyedihkan adalah kalau kambing, anjing atau ayam  tetangga pada masuk..makanin daunnya, atau buang kotoran sesukanya, atau ngeker2 dan makanin bibit kacang. Padahal ngecangkul dan ngebersihinnya kan lumayan.. belum lagi orang lewat yang suka buang sampah palstik..sebelllll. Jarak kebun dari rumah lumayan jauh sekitar 30-40 meter jadi ga ada yang memantau. Terus akhirnya, dipagar kawat sama ibu saya jadi tetap terlihat jadi pemandangan tapi hewan2 ga bisa masuk. 

Pernah suatu hari pas ibu saya ke jakarta, saya ke kebun untuk mengambil bebrapa sayur dan kemangi. saya kaget karena ada 2 nenek2 yang satu diluar dan yang satu didalam. bayangkan, kebun itu ada pagar tembok dan pagar kawatnya yang digembok biar kambing ga bisa nerobos masuk, tapi kenapa mbah2 itu bisa masuk? loncat? subhanallah.. kemudian saya bukakan gembok dan saya persilahkan masuk.. dan saya persilahkan untuk memetik apapun yang mereka inginkan. Ibu saya sering cerita, kalau dia lagi dikebun akan mempersilahkan tetangganya untuk masuk dan memetik.. agar tidak mengambil diam2, walaupun saya bilang, alhmadullilah gpp karena itu sedekah kata Allah.

"Tidaklah seorang Muslim menanam pohon kecuali buah yang dimakannya menjadi sedekah, yang dicuri sedekah, yang dimakan binatang buas adalah sedekah, yang dimakan burung adalah sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah." (HR Muslim dan Ahmad). Dalam hadis lain disebutkan: "Barang siapa yang menghidupkan lahan mati, baginya pahala. Dan semua yang dimakan burung dan binatang menjadi sedekah baginya." (HR An-Nasai, Ibnu Hibban dan Ahmad). 

 Semenjak ibu saya suka berkebun dan menghasilkan, maka semenjak itulah saya lebih sering makan sayur pakai nasi, bukan nasi pakai sayur. Dan kebun itu kadang menjdi tempat objek fotografi saya karena bnayk spot2 bagus juga. Menurut saya, ada taman kebun ditengah pemukiman itu, seperti menemukan oase di gurun pasir. lebay haha. 

Belum lama saya tahu ada komunitas berkebun diberbagai kota di Indonesia, dan itu membuat saya semakin appreciate. walaupun saya jarang terlibat dalam berkebun, tapi saya senang aja kalo ada komunitas seperti itu. menurut saya itu solusi konkrit dari global warming dan climate change dibanding cuma ngubek2 regulasi aja. hehe Kalau ibu saya bisa twitteran dan facebookan, pasti makin seneng, tapi disuruh bawa hp aja ga mau :D

Dan yang membuat saya semakin appreciate adalah, semenjak saya sering kepasar dan semenjak saya tahu bahwa harga-harga semakin ga bersahabat. Wortel yang biasanya sekilo 5 ribu, kemarin saya beli 1 buah harganya 2ribu :'( sedihh. cabe, bawang, dan semuanya naik 100%. Alhamdullilah sayur tinggal metik, jadi anggaran beli sayur bisa ke alokasi buat beli bumbu atau lauk..Belum lagi kalo beli makanan jadi di pasra, kita juga ga tau kan asal mula pembuatannya gimana, yang sering saya lihat, ada ati ayam atau ayam yang sudah dibumbu atau digoreng 1/2 matang tinggal diolah. but we dont know, itu ayam yang dipakai ayam segara atau bukan atau bumbu yang digunakan savety atau enggak. saya juga lihat cendol warna hijau nya luar biasa menyilaukan ampe ga berani beli.. walaupun kalau beli es cendol ya kemakan juga..haha.. tapi kan kalau kita yang masak atau buat pakai bahan yang kita aja ragu, masaknya juga jadi ragu, dan hasil masaknnya kemungkinan meragukan.heehe

ada pohon suji depan rumah, tiba2 pengen nyona bikin cendol sendiri pake daun suji. pasti rasanya fresh daun dan ternyata benarrr..walaupun pas nyetaknya lumayan ribet tapi ga begitu kecewa sama hasilnya :) (sebenernya agak kurang tanak, maklum baru pertama kali bikin,hehe)

ini bahannya: 
tepung beras 100 gr
tepung kani 30 gr
daun suji 5-7  lembar (diblender dan saring airnya)
air 400 ml
garam sejumput
es batu dan air untuk bawah cetakan

cara:
-rebus air 300 ml yang sudah dicampur perasan suji sampai mendidih
- masukan larutan tepung beras dan kanji dengan 100 ml air
- aduk aduk samapi matang dan pastikan tanak seperti bubur sumsum
- angkat dan cetak dengan cetakan cendol yang bawahnya dikasih air dan es batu. karena saya ga punya jadi pakai tirisan serok menggoreng ditekan dengan sendok.

Alhamdullilah jadi walaupun ga sekenyal cendol dipasar, tapi aromanya aroma kebun, lebih sehat dan jadinya banyakkk.. :) bisa buat stok kulkas utk besok buka puasa. hemat. hehe



2 comments:

  1. waah..jadi kaya apa sekarang kebunnya Nun? Fotoin dong..pas dulu ke sana belum ada pagernya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ndah..banyak foto2 bagus di kebun... tapi koneksi lama bangettt jadi males duluan...hehe

      Ndah, blog mu menarik dan sangat informatif, nice :)

      Delete