Ramadhan ini insyaallah saya akan membuat tulisan
setiap hari, niatnya untuk beraktifitas setelah sahur, subur, dan
tilawah. Jadi bisa ditulis, ini adalah tulisan seri ramadhan 1 versi
saya :D hehe
Kali ini saya terinspirasi dengan banyak hal yang saya alami
akhir-akhir ini. K.o.m.u.n.i.k.a.s.i. Jadi ingat buku komunkasi efektif
yang saya baca SMA kelas II hasil pinjaman dari perpustakaan daerah yang
letaknya percis dibelakang sekolah saya, daerah Rawa bunga, kampung
melayu. Covernya warna hitam, kalo ga salah ingat penulis nya Tom Peter
<~ tapi kayanya ini salah, betul2 lupa :D. semenjak membaca buku itu
saya yang sejak SD-SMP introvert, tiba2pas SMA berubah jadi
ekstrovert.haha. Hampir setiap hari saya membaca buku ini, bahkan saya
ceritakan ulang ke teman saya~suatu hal yang tidak pernah saya lakukan
sebelumnya, maklum introvert :) apa-apa dipendam sendiri dan diceritakan
kepada diri sendiri.
Mungkin latar belakang keluarga dan pola asuh (orang tua saya
bekerja, dan kakak2 saya sibuk) jadi, saya jarang ‘berbicara’ di rumah.
Waktu SD, Jika bermain dengan teman di sekitar rumah, sayapun sering nya
diam. Tidak pernah ikut menceritakan karena saya sering malu dengan
keadaan saya sendiri. Tapi kalau disekolah agak-agak percaya diri karena
rangking sering rangking 1-3, terkenal jago matematika dan bahasa
inggris, jadi tidak semakin menambah beban introvert :D
Pas SMP, semakin introvert, pernah gemeteran pas disuruh ngomong
depan kelas. Apalagi hampir ga pernah dapet rangking gara2 masuk SMP
favorit karena temennya pinter2 semua. Makin aja introvertnya. haha.
tapi saya selalu ingat, setiap saya naik angkot ke sekolah, saya suka
mengamati sekitar dan sering saya berfikir tentang kenapa dan harus apa.
atau bagaimana dan apa. Melamun ya, tapi sepertinya sense ‘thinking’
saya sudah terpola sejak SMP. tapi ya tadi, introvert..padahal banyak
gagasan hasil dari saya ‘melamun’ saya itu, jangankan disampaikan ke
orang, menulisnya saja tidak kefikiran.
Alhamdullilah, Pas SMA makin bertemu dengan banyak orang, berdasarkan
hasil melamun saya waktu itu, kalo hidup kita harus berpindah
lokasi-mungkin hijrah maksudnya. Jadi, kalo SD tinggal jalan kaki dari
rumah, SMP harus naik angkot 15 menit, nah pas SMA harus lebih jauh.
Akhirnya saya pilih SMA yang butuh waktu 1 jam naik metro mini karena
macet. Hasil pikiran saya waktu itu, semakin jauh kita berpindah akan
semakin banyak hal yang kita dapatkan. Dan betul saja, pas SMA saya
bertemu banyak orang, bergabung di ROHIS dan OSIS, ikut pengajian
mentoring SMA, sering jadi panitia, sering rapat, ditambah baca buku
yang tadi akhirnya tiba2 berubah jadi ekstrovert. hehehe. Apalagi dulu
jadi sekretaris MPK yang ketuanya terlalu cool. Jadi deh, otomatis
ngurusin administrasi organisasi sampe jadi ‘Humas’ nya si ketua. Pas
kelas 3 pernah ikut lomba debat sos-pol se jakarta, jadi juara 1. hehe..
makin keliatan ekstrovertnya, tapi sebenernya, pas lomba itu saya lebih
ke administrasi misalnya ngumpulin bahan2 materi lomba atau nyiapin
syarat administrasi lomba. yang lebih berperan dalam analisis dan
mengagas adalah teman saya, si ketua MPK itu, faisal. haha. terus
dilanjutkan si amel. Kalau bagian ngomong saya yang bagian
gampang-gampang aja itupun setelah dikasih tau sama faisal. (well, dia
kuliah di HI FISIP UI, jurusan impian saya sejak SMA dan betul2 cuma
impian haha, dan pas saya masuk S2, dia sudah lulus master dari
Nottingham university<~ terlalu pinter, sebel. haha) ya, semoga
sakinah ma waddah wa rohmah ya cal :)
Oke, paragraph dari SD-SMA keliatan fluktuasinya. belum lagi kalo
nambah paragraph cerita pas kuliah, semakin banyaakkk..hehe. tapi bukan
itu poin dari seri ramadhan ini. Tulisan panjang diatas, saya hanya
ingin menggambarkan bahwa introvert itu sesuatu yang sangat tidak
nyaman, dan untuk percaya diri, butuh suport lingkungan sekitar dan
tentunya latihan. Tapi saking terlatihnya terlalu ekstrovert ternyata
juga tidak baik.
Itu yang saya pahami akhir-akhir ini, tepatnya sebelum Ramadhan. Saya
yang karena tuntutan profesi harus ekstrovert dan speak up, membuat
saya terbiasa berkomunikasi efektif, bahkan menjadi mediator dan
rata-rata hasil mediasi saya berhasil. Seringnya, sayapun memediasi diri
saya sendiri. Akhirnya, hal itu membuat saya berfikir bahwa semua
masalah bisa selesai dengan melobi, diskusi, dan meyakinkan orang-orang
dengan berbicara. cukup dengan teori, alibi, dan gaya berbicara yang
meyakinkan, maka semua masalah bisa selesai. Tapi ternyata tidak juga.
dan menurut saya itu suatu kesombongan yang tidak bisa dibanggakan sama
sekali.
Alhamdullilah Allah selalu men’tarbiyah’ saya langsung lewat
orang-orang disekitar saya. Suatu saat, ternyata saya tidak bisa
menyelesikan masalah saya sendiri. Saat saya sudah lelah menyusun
kata-kata dan speak up ke pihak2 terkait, kemudian,saya pun sudah lelah
menjadi komunikan dan komunikator yang baik, dtambah saya kecewa karena
saya merasa tidak ada yang bisa menjadi mediator yang baik saat itulah
Allah mengirim saya ke orang-orang baik.
Tepatnya dua orang baik, kakak kandung saya (Mba Rini), dan kakak tingkat kuliah saya (Mba vida) yang mengingatkan saya tentang sabar dan
tawakkal. Dan ternyata itulah komunikasi sesungguhnya.
Mengkomunikasikannya ke Allah langsung, lewat do’a.. Bukankah surga,
dunia, manusia, dan seisinya semua milik Allah? maka, berbicaralah ke
Allah dan Allah adalah sebaik-baiknya mediator. Berkomunikasilah yang
baik pada Allah, dengan sejujur-jujurnya hati, memohon ampun, bersyukur,
berkeluh kesah, dan memohon suatu hal. Dan terpenting, tidak perlu
meng-intervensi Allah, cukup meminta, karena “Mintalah kepada Allah akan
kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang apabila dimintai
(sesuatu)." (HR.Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)
Bahkan Rasulluloh aja, tidak bisa meyakinkan pamannya untuk masuk islam. Imam
Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah ia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada
pamannya menjelang wafatnya, “Katakanlah, “Laailaahaillallah” agar aku
dapat bersaksi dengannya untukmu di hadapan Allah.” Namun ia menolaknya,
maka Allah menurunkan ayat, “Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi,
tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Q.S Al
Qassas: 56)
Tawakkal adalah sebaik-baiknya komunikasi, karena disana ada sisa
ikhtiar dan kepasrahan sejadi-jadinya. Ikhtiar yang tawadu’, menjauhkan
kesombongan, meyakinkan sebuah harapan, diantara keikhlasan akan sebuah
kepasrahan demi sebuah surga di keabadian.
"Dan orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh,
mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (didalam
surga), yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya,
itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan, yaitu orang yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya" (QS.Al-ankabut:58-59)
Dan bagi saya, Ramadhan adalah bulan komunikasi paling efektif kepada
Allah Ta’alla. Karena setiap yang kita laukan bernilai ibadah dan
setiap waktunya bisa menjadi waktu diijabahnya setiap do’a yang kita
komunikasikan kepada Nya.
No comments:
Post a Comment