Thursday, 14 August 2014

“Karena setiap kita punya jalan takdir yang berbeda..”



“Karena setiap kita punya jalan takdir yang berbeda..” *

Syndrome mahasiswa akhir semester biasanya tidak jauh dari tiga hal; lulus, bekerja, dan menikah. Dan itu tidak terkecuali saya. Dan syndrome itu semakin menjadi-jadi saat satu per satu teman saya lulus, bekerja, dan menikah, sementara saya masih di kampus. Dan terus di kampus sampai akhirnya saya melanjukan jenjang S2 di fakultas dan universitas yang sama. Tidak jarang, banyak teman, saudara, dan bahkan keluarga bertanya “kapan saya menikah?”. Dan dengan wajah innocent, saya hanya bisa menjawab, “ya, insyaallah segera, mohon doanya ya”. Padahal, dalam waktu yang bersamaan hati saya menjawab, “mau nya sekarang juga nikah, tapi tidak tahu sama siapa, kapan, bla bla bla….”
Dua jawaban yang kontradiktif dimana lisan dan hati bertentangan satu sama lain. Padahal, Iman itu diimani dalam hati, diungkapkan dalam lisan, dan diamalkan dalam perbuatan. Dan ilmu berbanding lurus dengan iman, itu artinya iman saya masih goyah karena ilmu saya masih kurang. Bahkan terkadang saya bertanya penuh dengan keraguan mengapa Allah Ta’alla tidak segera mempertemukan saya dengan jodoh saya, bahkan menyalahkan beberapa orang mengapa tidak membantu saya mencarikan jodoh untuk saya.
Tahun-tahun yang cukup berat untuk saya lewati diantara deadline Tesis, pekerjaan sebagai asisten peneliti yang penuh tekanan, tuntutan untuk menikah, dan kabar-kabar pernikahan dan kelahiran dari teman-teman. Sementara saya belum tahu, kapan saya akan menikah dan tidak tahu dengan siapa saya akan menikah. Di saat-saat itu, ternyata Allah SWT malah memberikan saya tambahan pekerjaan untuk mengelola Sekolah Pranikah (SPN) yang hampir setiap sesinya saya menjadi moderator. Ya, alhamdullilah saya aktif di LSM Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) BENIH di Solo. Karena itu, setiap kali saya memoderatori SPN, setiap itulah saya semakin dilema dan semakin gelisah. Namun setiap itulah saya semakin berfikir dan semakin terbuka memandang tentang pernikahan, persiapannya, dan tantangannya setelah menikah.
Ilmu itu menenangkan, ilmu yang memberikan panduan pada kita mana yang benar mana yang salah, mana yang harus kita lakukan mana yang tidak boleh dilakukan, Ilmu yang fitrah untuk semua makhluk, ilmu yang mendekatkan pada keadilan menempatkan semuanya sesuai pada tempatnya, Ilmu yang mendekatkan hamba dengan Tuhan-nya, Ilmu yang menambah keimanan, Ilmu yang memberikan kemanfaatan, Ilmu yang memberikan kekuatan untuk bersabar, Ilmu yang memudahkan menangkap sebuah hikmah dari setiap kejadian,  Ilmu yang menambah kebijaksanaan sebuah kepribadian.
Satu hal yang membuat saya berkontemplasi hebat adalah saat salah satu pembicara SPN memaparkan salah satu ayat dalam al-qur’an, ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untuk kalian dari anfus (jiwa-jiwa) kalian sendiri, azwaj (pasangan hidup), supaya kalian ber-sakinah (tentram) kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Ruum : 21)
Barulah saya memahami bahwa Allah akan memberikan kado pernikahan berupa sakinah ma waddah wa rohmah kepada kedua mempelai yang sudah melakukan ijab qabul. Berarti rasa cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya baru akan ada setelah pernikahan itu terlaksana. Dan itu akan terjadi ketika proses sebelum menikah, saat menikah (walimat ursy), dan setelah menikah dilakukan dengan cara yang Allah ridhoi. Dan yang lebih harus dipastikan adalah bagaimana meluruskan niat bahwa pernikahan itu adalah ibadah, hanya kepada Allah SWT..Insyaallah.
Dari situ saya meyakini bahwa pernikahan adalah sebuah mitsaqon ghalizan, sebuah perjanjian yang berat. Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah, termasuk didalamnya dalam pemilihan calon dan proses menuju jenjang pernikahan . Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.
Kalau kata Anis Matta,“Dua jiwa hanya mungkin bertemu dan menyatu kalau hajat mereka sama. Hikmah itulah yang disampaikan Rasulullah saw, “jiwa-jiwa itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan. Yang paling mengenal diantara mereka pasti akan saling melembut dan menyatu. Yang tidak saling mengenal di antara mereka pasti akan saling berbeda dan berpisah”
Maka, semenjak itulah saya betul-betul mencintai Allah SWT, menyerahkan semua perkara pada-Nya, ikhlas pada takdirnya, dan pasrah pada apapun keputusannya. Saya hanya berusaha melibatkan Allah dalam setiap keputusan, sehingga apapun yang terjadi, biarlah itu menjadi keputusan Allah..Bukankah hanya Allah yang tahu apa yang terbaik utk hamba-Nya?
Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari )
Dan janji Allah tidak lah pernah salah. Saat saya berada pada titik pasrah dan ikhlas, pada titik itulah saya merasakan ketenangan yang amat sangat. Dan pada saat itulah Allah memberikan jawaban dan jalan yang mudah sehingga saya bertemu dengan jodoh saya. Proses nya tidak selancar jalan tol, juga tidak semacet jalan raya jakarta pagi dan sore hari. Ada kendala tapi insyaallah selalu ada solusi nya. Mungkin ini yg dimaksud dengan jodoh :) 
Proses pernikahan saya berkisar dua bulan, dimulai sejak 23 ramadhan 1434 H, langsung khitbah pada 3 syawal 1434 H dan tanggal pernikahan disepakati tanggal 6 dzulhijah 1434 H. Beberapa minggu setelah menikah suami saya wisuda pascasarjana di UGM Jogjakarta, 1 bulan kemudian alhamdullilah saya positif hamil. Usia 6 bulan kehamilan, saya menyusul ujian tesis dan wisuda 1 bulan setelahnya di UNS Surakarta. Dan saat saya menuliskan ini, mendekati 3 hari menuju hari perkiraan hari lahir putri pertama kami. Alhamdullilah, bersyukur atas segala nikmat yg Allah berikan.
Mengutip seperti apa yang dikatakan Helvy Tiana Rosa, sebait ini saya dedikasikan untuk suami saya, “aku tidak bisa mencintaimu dengan sederhana. Aku mencintaimu dengan semua kerumitan itu, pelik yang berkelip pelangi dari tiap rongga..."
Dan saya selalu bersyukur Allah SWT memberi saya jalan menuju takdir cinta seperti ini. Maka Sering pula saya menyampaikan ke adik2 tingkat yang sedang menanti jodohnya "do the best what you can do now, karena percayalah apa yang kamu lakukan sekarang, sesungguhnya juga sedang ia lakukan sekarang. entah siapapun ia, entah dimanapun ia. Jadi berfokuslah pada apa yang kamu lakukan bukan pada-siapanya. karena ia yang milikmu adalah ia yang akan datang saat kamu sedang berada dikondisi yang terbaik"
 Perjalanan panjang itu membuat saya menyimpulkan bahwa “Karena setiap kita punya jalan takdir yang berbeda..”  dan semoga saat kita mencapai takdir itu, saat itulah kita berada pada titik keimanan tertinggi.


Solo, 18 Syawal 1435 H


*Nunik Nurhayati, M.H, istri dari Rohmad Suryadi, M.A. Dapat ditemui di fb: nun1q@yahoo.com atau blog: www.thecolourfulmemories.blogspot.com


Monday, 12 May 2014

yg ada di halaman Tesis

Motto

“Dan Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang (ilmu) agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”
(Q.S At Taubah: 122)

“Pahamilah, jika kita mengenal tingkatan ilmu dan mengetahui hakikat ilmu (akhirat), niscaya kita akan paham bahwa yang sebenarnya menyebabkan seseorang (ulama) menyibukkan diri dengan ilmu itu bukan semata-mata karena mereka butuh ilmu, tapi mereka membutuhkannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT”
(Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin)

Karena “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”(QS : Mujadalah:11)

Dan “Barang siapa yang berjalan pada suatu jalan untuk mencari limu, maka Allah memberinya jalan menuju surga” (H.R Muslim)

"...Maka bersabarlah, sungguh kemudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa" (Q.S Hud: 49)

 
 
Tesis ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT, tujuan dari segala tujuan
Semoga segala ilmu bermanfaat untuk kemaslahatan ummat
Demi tercapainya Islam Rahmatan Lil ‘Alamin di muka bumi ini, InsyaAllah.

Sunday, 11 May 2014

sidang tesis

alhamdullilah... setelah banyak hal yang terlewati, dan telat 10 bulan dari deadline 2 tahun.. akhirnya, bisa sidang ujian Tesis. Entahlah, mungkin memang omongan itu doa ya, jadi waktu itu uda niat banghet kalo Tesis akan dikerjain pas lagi hamil. Harapannya biar sekalian belajar sama bayinya. Tapi waktu itu kan niatnya dari semester 1 dengan harapan semester 2 nikah, semester 3 hamil, semester 4 sidang tesis dan wisuda. Tapi ternyata, nikahnya pas semester V. hehe.. Alhamdullilah 1 bulan nikah langsung hamil, jadi mau ga mau finishing tesis biar kalo sudah lahiran ga terbayang2 konsultasi pembimbing dan ngeprint bolak-balik :D.
Setelah nikah 1 bulan rajin banget ngerjain tesis, dan setelah tersusun ternyata baru tau kalo hamil hehe.. pas tau hamil malah hibernasi karena mual dan muntah yang agak ekstrim, jadi 4 bulan ga dikerjain lagi. Tapi habis itu, langsung ngebut dan di acc ujian pas 6 bulan kehamilan :) Alhamdullilah dapet jadwal 6 mei 2014, padahal, hari terakhir pendaftran wisuda bulan juni adalah 9 mei. Jadi habis ujian langsung ngerjain revisi 2 hari selesai. soalnya kalau setelah tanggal 9 mei belum selesai urusan revisi, berarti bisanya daftar wisuda untuk bulan sepetember dan (insyaallah) itu baru sekitar 2 minggu melahirkan.. kesian bayi 2 minggu ikut wisuda seharian atau ditinggal dirumah seharian.
Akhirnya, Pas tanggal 9 mei kemarin, dengan semangat '45 ke pembimbing dan penguji ngajuin revisian tesis. Tapi dapat kabar kalau ketua penguji sekaligus ketua Prodi tidak ke kampus hari itu karena tidak ada jadwal ke kampus dan kemungkinan baru ke kampus senin. Itu artinya revisi tidak akan di acc hr itu, yudisium tidak akan keluar, dan artinya ga bisa daftar wisuda bulan juni. Saya pun sms suami dan saudara2 saya kalau kemungkinan saya tidak bisa wisuda juni.

Pasrah, ikhlas..

Yaudahlah, kalau memang tidak bisa, yang penting sudah berusaha. yang di revisi banyak banget soalnya, sampe dibantuin suami nyusun daftar pustaka dll dari BAB I-V. Gak mungkin selesai 1 hari. Allakulihal, setelah bolak-balik naik turun tangga di gedung yang berbeda-beda, pada titik pasrah, tetep aja nunggu penguji yang lain utk mengajukan revisi yang kebetulan ruangannya di ruangan sebelah ketua penguji. dan tiba-tiba Bapak ketua penguji yang kata sekretarisnya tidak datang, ternyata datang. Langsung saya keruangannya, dan alhamdullilah, langsung di acc revisinya, di ttd pula tesis nya, bisa urus yudisium, dan bisa daftar wisuda bulan juni di hari terakhir pendaftaran..

Kalau nanti anak saya sudah lahir,dan sudah bisa membaca postingan ini, 
"ummi cuma ingin mengucapkan terima kasih..karena dorongan mu Nak, ummi jadi semangat menyelesaikan amanah studi ini..terima kasih juga kamu selalu kuat dan sehat kalau ummi ajak lembur, atau bolak-balik seharian naik motor panas-panasan karena Abi kerja dan tidak bisa antar, naik turun tangga, menunggu berjam-jam sampai telat makan.. maaf ya Nak, tapi semoga ini menjadi pembelajaran berharga untuk mu kelak..  untuk struggle, fighting, sabar, dan totalitas dalam mencari ilmu karena keimananmu pada Allah Ta'alla.. Ummi doain semoga kamu sehat terus, sempurna tumbuh kembangmu, tanggal 7 juni ini insyaallah kita wisuda ya Nak :) Nanti Insyaallah bulan Agustus, setelah Idul Fitri kamu lahir, kita bisa bertemu langsung, nanti ketemu abi juga.. ada mbah putri, mbah kakung, dan saudara-saudara yang lain... kita akan terus belajar bersama sampai akhir hayat, belajar memaknai kehidupan di dunia, mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di akhirat,  sama abi, sama adik-adikmu kelak, insyaallah.."

ini Nak, foto kita bertiga sama Abi setelah Ummi selesai sidang tesis, kamu masih usia 6 bulan di perut Ummi

ini tim hore hore, hehe.. mba hani dan mba kipti yang dateng bawa makanan banyak banget Nak..

Sunday, 27 April 2014

mandiri, cerminan muslimah masa kini.






Beberapa waktu lalu saya dihubungi oleh panitia GEMA MUSLIMAH UNS untuk mengisi talkshow muslimah akhir april ini. TOR yang terakhir dikirim mengarahkan saya untuk menyampaikan tema tentang “Mandiri: cerminan Muslimah masa kini”. Awalnya saya agak kaget karena bagi saya tema ini cukup wow :D . biasanya, jika saya diminta mengisi acara, temanya adalah hal-hal yang sudah saya lakukan atau biasa saya lakukan. Tapi kali ini agak dilemma. Karena saya khawatir apakah saya termasuk mandiri atau tidak.
 
Akhirnya, saya searching di KBBI apa itu mandiri? Kurang lebih artiny mandiri itu tidak bergantung pada orang lain. Wow agak ngeri juag ya pengertiannya. Karena bagaimanapun kita makhluk zoonpoliticon, saling membutuhkan satu sama lain, even Tarzan juga butuh ‘teman’ di hutan walaupun beda jenis kan.. 

Dan Beberapa hari ini saya flash back, sejak SD sampai kuliah, saya memilih sendiri tempat saya kuliah, mencari tahu segalanya sendiri, dan daftar sekolah sendiri, tapi masih dibiayai orang tua J walaupun selama 5 tahun S1 saya mendapat beasiswa 4 tahun, dan S2 ini saya full dibiayai oleh DIKTI Kemendiknas (Mohon doa ya, baru kemarin akhirnya daftar ujian tesis semoga minggu depan dapat jadwal ujian dan bisa ujian dengan lancar.soalnya  Deadline HPL agustus ini hehe). Kemudian pernah kelas 4 SD saya jualan pop ice didepan rumah, pas kuliah juga pernah terima pesanan bikin snack untuk acara kemahasiswaan, produksi rok levis dan jilbab yang pemasarannya sampai Kalimantan dan Sumatera. Tapi apa itu bisa disebut mandiri ya? Karena saya yakin banyak muslimah yang lebih survive dan lebih mandiri.

Well, balik ke soal mandiri. Kalau pengertian mandiri seperti di KBBI itu kok saya kurang sreg ya. Karena jelas tidak mungkin kita tidak bergantung pada orang lain. Apalagi kalau sudah nikah ada suami kan, #eh (ini pembahsan khusus). :D 

Kemudian, balik ke tema: Mandiri: cerminan muslimah masa kini. Kalau masa rasulluloh, muslimah nya gimana ya? Ada yang tau? Seinget saya tentang kisah Fatimah puti Rasullulah.


Ali menuturkan bahwa Fatimah pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa bahwa pekerjaan menggiling gandum dengan batu demikian berat baginya. Suatu ketika, Fatimah mendengar bahwa Rasulullah mendapat seorang budak. Fatimah pun mendatangi rumah ayahnya dalam rangka meminta budak tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi Rasulullah sedang tidak ada di rumah. Fatimah lantas mendatangi ummul mukminin Aisyah dan menyampaikan hajatnya.
Ketika Rasulullah berada di rumah Aisyah, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah lantas mendatangi kami (Ali dan Fatimah) saat kami telah berbaring di tempat tidur. Mulanya, kami hendak bangun untuk menghampiri beliau, namun beliau menyuruh kami tetap berada di tempat.
Maukah kutunjukkan kalian kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya beliau. “Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta.” lanjut Nabi (HR. Bukhari dan Muslim).
Semenjak mendengar petuah Rasulullah tadi, Ali tak pernah lalai meninggalkan wirid tadi. Ia selalu membacanya, bahkan di malam perang Shiffin; sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu riwayat Imam Bukhari.
Tahukah Anda, apa yang sebenarnya dikeluhkan oleh Fatimah? Beliau mengeluh karena kedua tangannya bengkak akibat terlalu sering memutar batu penggiling gandum yang demikian berat.
Subhanallah, ternyata puteri tercinta Rasulullah demikian berat ujiannya. Pun begitu, beliau tak segera memenuhi keinginan puterinya tadi. Namun beliau mengajarkan sesuatu yang lebih bermanfaat baginya dari seorang pembantu. Sesuatu yang menjadikannya semakin dekat dan bertawakkal kepada Allah. Itulah wirid pelepas lelah.

Karena kita muslimah jadi sudah seharusnya kita mengembalikan segala sesuatu kepada Qur’an dan Sunnah.

Saya ingat beberapa ayat dalam alqur’an adalah ini:

  1. “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. “ (Q.S Al-maidah:2) 
  2. DariAbu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Jalan tengahnya adalah, jangan sampai kita menjadi orang yang sombong karena seolah-olah kita tidak membutuhkan orang lain bahkan sampai tidak peduli dengan yang lain. Tapi bagiamana kita saling tolong menolong dalam kebaikan dengan prinsip kita ingin memudahkan urusan orang lain agara Allah memudahkan urusan kita. 

Konsekuensinya adalah:
  1. Muslimah harus punya banyak hal (knowledge, skill, energy, or something) agar bisa survive dan tidak merepotkan orang lain. Dan juga ada sesuatu yang bisa dibagi ke orang lain.
  2. Muslimah harus punya akhlaq yang baik agar kalau sudah punya banyak hal tidak sombong, dan tidak pula ingin berbagi. 
  3. Muslimah harus lebih mendekatkan kepada Allah, karena mandiri bukan pekerjaan yang mudah. Namun jika dekan dengan Allah maka segalanya akan menjadi mudah seperti contoh kisah Fatimah putri Rasullulah.

Kemudian muslimah itu memiliki banyak peran, yang masing-masing peran itu membutuhkan managemen yang berbeda.
  1. Sebagai Anak 
  2. Sebagai istri 
  3.  Sebagai ibu 
  4. Sebagai mahasiswa/pegawai/professional 
  5. Sebagai teman/sahabat
“Mandiri itu bukan berarti harus bisa segala-galanya dan tidak membutuhkan orang lain. Mandiri itu fleksibel, bisa dimana saja dan kapan saja dengan luwes dan santun”


Thursday, 3 April 2014

I love him :)

awalnya, aku tak mengenal
dan akhirnya, aku mencintainya.
sangat mencintainya.

My great husband, Rohmad Suryadi M.A.

Semoga Allah SWT menganugerahi kami umur yang panjang,
dalam ketaatan,
dalam kebermanfaatan dan kebaikan amal,
demi cita kami,
membangun keluarga dakwah yg sakinah mawaddah wa rohmah dan Istiqomah,
mendidik generasi Rabbani yang akan menebarkan Islam Rahmatan Lil'alamin 
di seluruh penjuru negeri. 
aamiinn.

 

(5 bulan menjelang kelahiran buah hati)
sehat ya nak, doa terbaik ummi dan abi untuk mu.
 

Monday, 24 March 2014

save our food, save our generation.

http://akhirzaman.info/menukonspirasi/tataduniabaru/2113-codex-alimentarius

Link diatas, analisisnya agak ngeri-ngeri gimana gitu.. intinya, penjajahan lewat makanan, bukan lewat peperangan atau pemikiran yg selama ini sudah banyak dibahas dan terjadi.

wallahualam apakah memang sampai segitunya, tapi kalau saya pribadi memang lebih prefer untuk memasak sendiri apa yang dikonsumsi apalagi untuk keluarga.

Saya sudah membuang semua pewarna dan pasta untuk kue, tidak ada MSG di dapur, menggunakan minyak goreng kemasan dengan penggunaan ukuran minimal setiap gorengnya tapi maksimal 3x pemakaian, mencuci sayur dan buah dengan aliran air yg mengalir agar pestisidanya larut bersama air, membeli sayur dan buah lokal dipasar, bahkan akan mengusahakan memetik sayur atau buah yang ditanam sendiri, mengurangi konsumsi makanan instant, mengurangi konsumsi ayam pedaging kalaupun membeli saya lebih sering membeli daging bagian dada yang kulitnya tidak saya masak dan direbus terlebih dahulu tanpa menggunakan air bekas rebusannya, dan beberapa hal lagi.

Tapi, bukan berarti saya anti jajan dan makan diluar,Karena dua hari kemarin saya membeli nasi padang, steak sirloin, martabak telur. kalaupun membeli diluar, tidak sering apalagi setiap hari. Karena memang ada hari dimana tidak memungkinkan untuk memasak.Atau ada masa dimana kepingin banget makan atau jajan diluar.

Saya berfikir aja sih, memasak sendiri saja kadang masih ada bahan makanan yang kurang save, misalnya saja tahu berformalin, krupuk yang pasti menggunakan 'bleng', bakso yang mengandung borkas walaupun dimasak untuk tambahan sop, dan entah apa lagi. Apalagi kalau membeli makanan diluar? kita tidak pernah tahu bahan apa saja yang digunakan dan bagaimana proses memasaknya.

Saya jadi ingat beberapa waktu lalu pernah update status tentang anti penggunaan MSG. ada yang komentar bahwa MSG tidak apa-apa karena tubuh membutuhkan glutamat. ya memang sih, tapi kan yang dibutuhkan tubuh hanya sedikit, bayangkan jika sarapan, makan siang, makan malam menggunakan MSG, kemudian cemilannya baik jajanan basah ataupun kering seperti chiki-chiki atau snack ringan yang sudah pasti pakai MSG, berapa banyak yang mengendap dan tidak digunakan dalam tubuh? dan jika itu ditimbun setiap harinya sampai bertahun-tahun?

Wallahualam, Kita tidak pernah tau apa yang terjadi kedepannya, yang perlu kita tau adalah apa yang harus kita usahakan hari ini sebagai bentuk preventif kedepannya.

Jalan tengah prakstis nya adalah, lets enjoy the life. Kita nikmati hidup dengan mengkonsumsi apa yang bisa dinikmati oleh tubuh baik jiwa ataupun raga. Sehat dan hemat adalah dua kata favourite untuk merangkum semuanya.

Happy healthy cooking and eating ;D

Menu hari ini, gulai daun singkong yang daun singkongnya baru metik tadi pagi di kebun dekat rumah. Yang metik suami saya Rohmad Sosiawan, sedang saya duduk manis sambil ngeliatin yang metik.. hehe_

Friday, 28 February 2014

memasak itu berbuat baik.

Tapi kenyataannya memasak itu merepotkan. Jangan liat program TV yang masak para chef tinggal cemplung2 bahannya loh yaa.. Karena dari persiapannya,mikir menu dan resepnya, ke pasar,  nyuci sayuran atau daging, motong-motong, masak, dan membersihkan alat masak,  it's not a easy job.

Tapi kenyataanya bagi sebagian orang memasak itu seperti berbuat baik. Berbuat baik itu kadang repot, tapi sebisa mungkin dijalani, bahkan walaupun ada yang ga suka dengan kebaikan yang kita lakukan, harus tetap berbuat baik kan... atau jika memang tidak bisa melakukan kebaikan disuatu tempat, yauda masih banyak tempat yang lain.

Sama seperti memasak, memasak itu repot, tapi sebisa mungkin dijalani apalagi jika alasannya adalah sehat dan hemat, bahkan walaupun ada yang ga suka kita masak atau dengan masakan kita, harus tetap masak kan.. atau jika memang masakan kita tidak disukai karena tidak enak atau apapun itu, yauda masih banyak orang lain yang (semoga) masih mau masak masakan kita.

Walaupun merepotkan, tapi jika seseorang sudah sangat mencintai dunia masak, maka istirahatnya adalah saat memasak  dan kebahagiannya adalah saat ada orang lain menghargai dan  menikmati masakannya. sama seperti berbuat baikkan, istirahatnya adalah saat berbuat kebaikan yang lebih, dan kebahagiaannya adalah saat banyak orang merasakan perbuatan baiknya.