Sunday, 27 April 2014

mandiri, cerminan muslimah masa kini.






Beberapa waktu lalu saya dihubungi oleh panitia GEMA MUSLIMAH UNS untuk mengisi talkshow muslimah akhir april ini. TOR yang terakhir dikirim mengarahkan saya untuk menyampaikan tema tentang “Mandiri: cerminan Muslimah masa kini”. Awalnya saya agak kaget karena bagi saya tema ini cukup wow :D . biasanya, jika saya diminta mengisi acara, temanya adalah hal-hal yang sudah saya lakukan atau biasa saya lakukan. Tapi kali ini agak dilemma. Karena saya khawatir apakah saya termasuk mandiri atau tidak.
 
Akhirnya, saya searching di KBBI apa itu mandiri? Kurang lebih artiny mandiri itu tidak bergantung pada orang lain. Wow agak ngeri juag ya pengertiannya. Karena bagaimanapun kita makhluk zoonpoliticon, saling membutuhkan satu sama lain, even Tarzan juga butuh ‘teman’ di hutan walaupun beda jenis kan.. 

Dan Beberapa hari ini saya flash back, sejak SD sampai kuliah, saya memilih sendiri tempat saya kuliah, mencari tahu segalanya sendiri, dan daftar sekolah sendiri, tapi masih dibiayai orang tua J walaupun selama 5 tahun S1 saya mendapat beasiswa 4 tahun, dan S2 ini saya full dibiayai oleh DIKTI Kemendiknas (Mohon doa ya, baru kemarin akhirnya daftar ujian tesis semoga minggu depan dapat jadwal ujian dan bisa ujian dengan lancar.soalnya  Deadline HPL agustus ini hehe). Kemudian pernah kelas 4 SD saya jualan pop ice didepan rumah, pas kuliah juga pernah terima pesanan bikin snack untuk acara kemahasiswaan, produksi rok levis dan jilbab yang pemasarannya sampai Kalimantan dan Sumatera. Tapi apa itu bisa disebut mandiri ya? Karena saya yakin banyak muslimah yang lebih survive dan lebih mandiri.

Well, balik ke soal mandiri. Kalau pengertian mandiri seperti di KBBI itu kok saya kurang sreg ya. Karena jelas tidak mungkin kita tidak bergantung pada orang lain. Apalagi kalau sudah nikah ada suami kan, #eh (ini pembahsan khusus). :D 

Kemudian, balik ke tema: Mandiri: cerminan muslimah masa kini. Kalau masa rasulluloh, muslimah nya gimana ya? Ada yang tau? Seinget saya tentang kisah Fatimah puti Rasullulah.


Ali menuturkan bahwa Fatimah pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa bahwa pekerjaan menggiling gandum dengan batu demikian berat baginya. Suatu ketika, Fatimah mendengar bahwa Rasulullah mendapat seorang budak. Fatimah pun mendatangi rumah ayahnya dalam rangka meminta budak tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi Rasulullah sedang tidak ada di rumah. Fatimah lantas mendatangi ummul mukminin Aisyah dan menyampaikan hajatnya.
Ketika Rasulullah berada di rumah Aisyah, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah lantas mendatangi kami (Ali dan Fatimah) saat kami telah berbaring di tempat tidur. Mulanya, kami hendak bangun untuk menghampiri beliau, namun beliau menyuruh kami tetap berada di tempat.
Maukah kutunjukkan kalian kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya beliau. “Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta.” lanjut Nabi (HR. Bukhari dan Muslim).
Semenjak mendengar petuah Rasulullah tadi, Ali tak pernah lalai meninggalkan wirid tadi. Ia selalu membacanya, bahkan di malam perang Shiffin; sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu riwayat Imam Bukhari.
Tahukah Anda, apa yang sebenarnya dikeluhkan oleh Fatimah? Beliau mengeluh karena kedua tangannya bengkak akibat terlalu sering memutar batu penggiling gandum yang demikian berat.
Subhanallah, ternyata puteri tercinta Rasulullah demikian berat ujiannya. Pun begitu, beliau tak segera memenuhi keinginan puterinya tadi. Namun beliau mengajarkan sesuatu yang lebih bermanfaat baginya dari seorang pembantu. Sesuatu yang menjadikannya semakin dekat dan bertawakkal kepada Allah. Itulah wirid pelepas lelah.

Karena kita muslimah jadi sudah seharusnya kita mengembalikan segala sesuatu kepada Qur’an dan Sunnah.

Saya ingat beberapa ayat dalam alqur’an adalah ini:

  1. “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. “ (Q.S Al-maidah:2) 
  2. DariAbu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Jalan tengahnya adalah, jangan sampai kita menjadi orang yang sombong karena seolah-olah kita tidak membutuhkan orang lain bahkan sampai tidak peduli dengan yang lain. Tapi bagiamana kita saling tolong menolong dalam kebaikan dengan prinsip kita ingin memudahkan urusan orang lain agara Allah memudahkan urusan kita. 

Konsekuensinya adalah:
  1. Muslimah harus punya banyak hal (knowledge, skill, energy, or something) agar bisa survive dan tidak merepotkan orang lain. Dan juga ada sesuatu yang bisa dibagi ke orang lain.
  2. Muslimah harus punya akhlaq yang baik agar kalau sudah punya banyak hal tidak sombong, dan tidak pula ingin berbagi. 
  3. Muslimah harus lebih mendekatkan kepada Allah, karena mandiri bukan pekerjaan yang mudah. Namun jika dekan dengan Allah maka segalanya akan menjadi mudah seperti contoh kisah Fatimah putri Rasullulah.

Kemudian muslimah itu memiliki banyak peran, yang masing-masing peran itu membutuhkan managemen yang berbeda.
  1. Sebagai Anak 
  2. Sebagai istri 
  3.  Sebagai ibu 
  4. Sebagai mahasiswa/pegawai/professional 
  5. Sebagai teman/sahabat
“Mandiri itu bukan berarti harus bisa segala-galanya dan tidak membutuhkan orang lain. Mandiri itu fleksibel, bisa dimana saja dan kapan saja dengan luwes dan santun”


No comments:

Post a Comment