antara sedih, bahagia, terharu...
Hampir
2 minggu, Ibu saya ke Jakarta untuk menyelesaikan bebrapa urusan.
Secara otomatis pekerjaan yang biasa ibu saya lakukan saya ambil alih.
Luar biasa rasanya kalo ga mau disebut kerja rodi.
hehe.. biasanya habis subuh saya membuka laptop, melihat notifikasi di
facebook atau melihat-lihat tesis saya yang tidak ada tambahan satu
huruf pun setiap hari nya :D. Namun, tidak dengan 2 minggu terakhir,
selepas sholat subuh saya harus masak karena Hani (keponakan saya) harus
membawa bekal sekolah, selain itu sekalian juga menyiapkan sarapan.
Setelah itu ke pasar untuk persiapan makan siang, makan malam, dan
menstock bahan makanan untuk besok paginya. begitu. setiap hari.
Sampai suatu hari, tepatnya hari rabu kemarin, pagi2 saya ke pasar beli ayam giling dan membuat bakso, lengkap dengan kuah dan sayurnya. Cukup bergizi. Sore nya hani pulang sekolah, dan seperti biasa
dia selalu bercerita entah nilai tryout UN nya, teman2 kelasnya,
sahabatnya, persiapan masuk SMP, dll.. sambil menghangatkan Bakso di
dapur saya bertanya, "han, makan ya pake bakso.."dan jawaban hani "enggak ah, aku mau makan pake telur aja, ada telur gak mba?" oke..sabar..sabar. Saya bertanya lagi "cobain dulu han baksonya kan ini uda di masak.." dia
pun memakan nya sedikit dan tetap menanyakan penggorengan untuk
menggoreng telur. Saya cukup sedih karena saya ga mau marah.. akhirnya
saya diamkan, dan kemarin hari kamis saya memutuskan untuk tidak memasak
dan menyerahkan dapur ke adik saya.
Praktis,
hari kamis yang dihidangkan adalah, telur, mie goreng, dan saya kurang
tau apa lagi karena hari itu saya kekampus. Padahal sudah hampir 2
minggu ini tidak ada makanan instant di meja makan.
Saya
jadi ingat Ibu saya, pagi2 sudah masak, nyapu halaman, mengurus
tanaman-tanaman nya, masak makan siang, makan malam, dll. Saya lupa
berterima kasih.
Sampai pada hari
ini, saya membuat sarapan.. lengkap. Tapi saya belum menegur hani dari
kemarin termasuk pagi ini. padahal biasanya setelah masakan matang, orang pertama yang saya suruh makan adalh hani, mungkin hani juga uda bosen saya suruh makan terus.
Kadang saya suapin karena saya khawatir gizinya tak mencukupi kerja kerasnya mengingat sampai bulan Mei, hani akan menghadapi hari2
berat dari tryout ujian, PR yang menumpuk, dan Ujian Nasional
kelas VI. Saya hanya ingin memastikan, dia sehat dan gizinya tercukupi.
well, karena saya fikir lebih baik diam, hari ini saya pun tidak menyuruhnya sarapan dan dia berangkat main ke rumah temannya karena setiap jumat sekolahnya libur.
well, karena saya fikir lebih baik diam, hari ini saya pun tidak menyuruhnya sarapan dan dia berangkat main ke rumah temannya karena setiap jumat sekolahnya libur.
Dan tadi sekitar jam 12 kurang, saya spechless ada chat dari hani :'(
Hilang seketika lelah-lelah itu...
###
Konflik kadang memang menjadi solusi asalkan bisa mengendalikan konflik itu sendiri. Bagaimana caranya saat konflik itu terjadi, saat itulah menjadikannya momentum mengingat segala kesalahan dan bertekad untuk berbenah diri. Terkadang saya merasa over protective, tapi sepertinya ga juga..saya sering membebaskan hani untuk bermain, memilih sesuai keinginannya asalkan itu semua pada batasnya. Untuk banyak hal, saya sering mengkomunikasikan perkembangan hani ke orang tuanya (di Lampung), bagaimanapun, mendidik anak perempuan bisa menjadi jalan surga bagi orang tuanya.
Pernah suatu hari di hari minggu hani sudah mengajak saya sejak malamnya, untuk bermain badminton pagi hari, setelah sholat subuh. Karena itu bukan hal yang salah, maka saya iyakan, sekalian olahraga juga. Tapi saya bilang saat itu, tapi sebelum main badminton selimutnya harus dilipat. dia mengiyakan, dan saya manfaatkan momentum itu karena sudah 1 tahun lebih sejak tinggal di solo, hani tidak pernah mau melipat selimutnya. Saya khawatir saja ini akan menjadi kebiasaan tidak baik jika terus dibiarkan. Paginya saya bangunkan tapi tetap ga mau bangun. Akhirnya bangun, sholat dan langsung mengambil raket. Saya yang sudah siap dari tadi, mengingatkan tentang kesepakatan semalam bahwa ia akan melipat selimutnya. Tapi ia tetap bersikukuh tidak mau melipat dan saya pun komitmen dengan kesepakatan bahwa bermain badminton setelah selimut terlipat. Yang terjadi, Hani ngambek,membentak, dan tidur lagi dengan selimutnya sampai jam 10. Ya, baiklah..kesabaran seseorang itu diuji dengan banyak cara. Karena saya niat olahraga akhirnya saya bersepeda membeli bebrapa jajanan, kesukaan hani salah satunya. Selama bersepeda itu saya banyak mengevaluasi diri saya sendiri, saya jadi mengingat-ingat apakah saya pernah menyakiti perasaan orang tua saya.. kalau pakai helm mungkin sudah bercucuran air mata. hehe.. sesampainya dirumah, hani yang baru bangun langsung menonton tv dan memperlihatkan muka ngembeknya. Sayapun tetap menwarkan makanan kesukaannya, awalnya tidak mau, tapi akhirnya tetap dimakan juga..
Yang saya yakin kesabaran yang diusahakan sampai titik pasrah pada Allah SWT, maka Allah-lah yang akan membalikkan semuanya diluar kuasa kita sebagai manusia. Besoknya hani melipat selimut. setiap hari..bahkan membereskan spreinya. walaupun agak berantakan.. Tapi saya bahagia. sangat bahagia.
menjadi pengingat bahwa kesabaran yang dibekali iman dan ilmu, akan berbuah manis atas kehendak Allah SWT
Hitung-hitung latihan jadi ibu, Nun.... ;)
ReplyDelete